Monday, November 17, 2008

Wasiat Pengebom Bali & Syaitan di REJAM dengan 'petir' ketika TRIO syuhada di hukum mati

Serang – Tepat hari Minggu (9/11) jam 08:30 WIB, jenazah Abdul Aziz alias Imam Samudra tiba di rumah orang tuanya di Komplek Pasir Indah Kaligandu Serang,dengan menggunakan Ambulance milik Pemerintah Kabupaten Serang, serentak saudara kandung almarhum mengangkat peti mayat yang terbuat dari kayu untuk kotak telur dan di atasnya terdapat penutup dari bambu.
Sebelum jenazah diturunkan, wangi semerbak menyebar di sekeliling jenazah, namun karena aku pikir mungkin disebelahku ada yang memakai parfum, maka aku kira bukan dari jenazah.. Namun wangi yang belum pernah aku cium itu semakin menguat, ketika jenazah dimasukan ke dalam rumah tersebut.
Ketika Jenazah dibaringkan sebelum dipindahkan ke keranda milik Desa kelahiran almarhum, dan Embay Badriah, mendapatkan giliran pertama untuk melihat muka anak kesayangannya, suasana begitu senyap, meski rumah tersebut dipenuhi anak, istri orang tua dan keluarga Imam.
Kami semua khawatir, ibunda Imam tidak kuat menahan tangis dan pingsan jika melihat jenazah tersebut. Ternyata dugaan kami meleset jauh, begitu kafan yang menutupi wajah Imam dibuka, seisi rumah menjadi
kaget dengan teriakan takbir Embay, "Allahu akbar, Allahu Akbar, Azis senyum," teriak Embay, sehingga membuat isi rumah lainnya berebutan ingin mencium.
Nampak wajah Imam seperti orang yang sedang tidur nyenyak dan bibirnya tersenyum. Bahkan tak satupun orang yang hadir menampakkan kesedihannya ketika wajah Imam terlihat. "Abi senyyum, abi senyum," teriak Salsabila, putri kedua Imam Samudra.
Selesai kami sekeluarga melihat dan menyolatkan jenazah yang menghabiskan 30 menit, sesuai dengan waktu yang diberikan pemerintah, jenazah tersebut dibawa dengan menggunakan ambulance milik MER-C, karena almarhum berwasiat tidak boleh mengunakan kendaraan milik pemerintah menuju masjid Al-Manar, Desa Kebaharan Kelurahan Lopang Kota Serang. Sejak keluar dari rumah milik mertua almarhum, tak henti-hentinya takbir bergema di sepanjang jalan menuju masjid tersebut.
Kami tak pernah membayangkan, ratusan ribu pelayat akan mengiringi jenazah Imam, di pintu masuk masjid mereka sudah menunggu sambil bertakbir tak henti-henti.
Usai disholatkan di Masjid al-manar, jenazah dinaikkan kembali ke ambulance MER-C. Sementara ribuan pelayat lainnya mengiringi sambil menggemakan takbir. Bahkan polisi tak kuasa menahan laju mereka untuk menguasai sepanjang jalan menuju pemakaman di Lopang Gede, desa kelahiran Imam. Dan akhirnya tepat jam 11 jenazah tiba di pemakaman tersebut, meski sempat terjadi "bentrok" antar massa dan polisi.
Ketika jenazah dimasukkan ke liang lahat, tak sedikit pun merasakan beratnya jenazah, kami seperti mengangkat satu dus mie instant. Bahkan jika tak khawatir diprotes anggota keluarga lain mungkin hanya satu orang saja yang mengangkat jenazah tersebut.
Subhanallah.. ternyata darahnya masih menetes dan menyebar di kain kafan bagian punggung belakang sebelah kiri, hingga membuat yang menyaksikan berteriak. "Darahnya segar, darahnya segar," teriak Yuli, adik kandungnya.
Usai ditutup dengan tanah, kami bertanya kepada Muhidin, pimpinan penggali makam, apakah ketika menggali tanahnya keras ataun tidak. "Demi Allah, empuk, dan gampang digali," kata Muhidin.
Rosadi, ketua RW 01 Lopang Gede, ketika ditanya mengenai lamanya waktu untuk menggali kuburan, ia mengatakan hanya menghabiskan waktu tidak lebih dari dua jam. "Saya nyuruh jam dua, dan sudah beres jam emapt kurang," katanya. (lulu jamaludin/arrahmah.com)

Syaitan di REJAM dengan 'petir' ketika TRIO syuhada di hukum mati !
Oleh albanjari
trio yg dihukum tembak adalah merupakan orang alim dan guru pondok yang mempunyai ribuan murid, lihat saja dalam tv betapa jenazah mereka disambut sebagai mujahid. . . takziah diucapkan dan di iringi dengan al-fatihah. Rakaman dari Indosiar TV menunjukkan dan jelas kedengaran bunyi petir yang kuat seolah-olah mengiringi eksekusi ketiga pejuang Islam ini. Dentuman petir yang amat 'nyaring' itu kedengaran dengan amat jelas ketika hukuman tembak selesai dilangsungkan, sedangkan tiada riak hujan mahupun ribut bakal menyusul, malah bunyi petir itu seakan 'teriakan' menyambut trio 'syahid' ini. Petir adalah rejaman terhadap syaitan yang cuba mengacau upacara pemakaman syuhada.
Allah telah menciptakan sejumlah tanda-tanda bagi kita pada petir. Allah secara khusus menarik perhatian kita pada petir ini dalam Al-Quran. Dan ayat-ayat Allah tentang petir, Allah swt. berfirman, bahwa Dia menghadirkan petir pada manusia sebagai sumber rasa takut dan harapan. Allah juga berfirman bahwa guruh yang muncul saat petir menyambar bertasbih memujiNya.
Dibawah ribuan jamaah yang mendokong agama dan islam merapati jenazah Imam Samudra, 38,yang dibawa ke Serang, Banten pada pagi kelmarin. Tengah malam tadi dia bersama Amrozi Nurhasyim, 47, dan Ali Ghufron, 48 telah di hukum tembak sampai mati, dimana butiran peluru tepat mengenai jantung 'pejuang islam' ini. Atas permintaan 'pejuang islam' ini, mata mereka tidak ditutup ketika hukuman dilangsungkan. Allah hu Akbar

Puluhan ribu telah menyertai upacara pengebumian ketiga-tiga 'pejuang islam' tersebut, termasuk pemimpin agama Abu Bakar Bashir. Hukuman itu dilaksanakan selepas lebih seminggu pihak berkuasa Indonesia memaklumkan bahawa mereka akan ditembak awal bulan ini. Hukuman ke atas Imam Samudra, Amrozi Nurhasyim dan adiknya Ali Ghufron telah dilaksanakan tengah malam tadi, beberapa kilometer dari penjara yang dikawal ketat di pulau Nusakambangan. Ketiga-tiga mereka merupakan anggota kumpulan Jemaah Islamiah yang ditubuhkan oleh Basir

"Sekitar pukul 12.15 tengah malam tadi (waktu tempatan) (1.15 pagi waktu Malaysia) ketiga-tiga mereka yang didapati bersalah iaitu Imam, Amrozi dan Ali menjalani hukuman mati dengan ditembak oleh pasukan penembak," kata jurucakap Jabatan Peguam Negara, Jasman Panjaitan. "Hasil bedah siasat menunjukkan ketiga-tiga mereka sudah meninggal dunia," katanya. Jabatan Peguam Negara dijadual mengadakan sidang akhbar untuk memberi butiran lanjut.
Qadar Faisal, salah seorang peguam mereka berkata, jenazah ketiga-tiga mereka telah dibawa dengan helikopter ke kampung mereka untuk tujuan pengebumian hari ini. Jenazah adik-beradik Ali dan Amrozi dibawa ke Lamongan di Jawa Timur manakala Imam pula ke Serang di Jawa Barat.
Zakiah Darajad, isteri kepada Imam, dalam surat terbuka yang dibacakan oleh seorang saudara pada sidang akhbar di Serang berkata:
"(Saya) berharap Allah akan memberikan yang terbaik kepada mereka dan yang terburuk kepada mereka yang menyebabkan layanan buruk ke atas mereka," katanya.
Dalam pada itu, laporan Bernama semalam menyebut sejak Mahkamah Agung Indonesia memutuskan hukuman mati itu akan dilaksanakan pada awal bulan dan tidak akan melepasi 15 November.
Laporan media massa tempatan menyebut mereka yang diiringi dua pegawai pemerintah ialah kedua-dua isteri Amrozi iaitu Choiriyana dan Rochma, juga kedua-dua isteri, Muklas, iaitu yang dikenali hanya dengan nama Paridah yang berasal Malaysia dan Ana dari Solo, Jawa Tengah. Seorang anaknya yang masih belajar di sekolah rendah dan dua adik beradik kandung Amrozi juga turut berangkat.
Petanda ke arah dekatnya pelaksanaan hukuman mati itu sudah cukup banyak dilaporkan termasuk persiapan tiga buah helikopter oleh pihak berkuasa untuk membawa jenazah ketigatiga mereka ke kampung halaman masing-masing dan keterangan keluarga Amrozi bahawa mereka dilarang mengkafankan semula jenazah itu.


Wajah terakhir As Syahid(InsyaAllah)Imam Samudera. Klik di sini.


Laungan takbir mengiringi berita pemergian mereka yang disampaikan oleh abang kandung Amrozi dan Ali Ghufron iatu Ustaz Chozin. Dihadapan ratusan pelajar dan simpatisan di Pesantern Al-Islam sebentar tadi, Ust Chozin menyebut " semoga arwah saat ini sudah terbang bersama burung-burung hijau ".kisah selanjutnya layari http://www.detik.com/ Untuk tonton temuramah bersama isteri-isteri mereka ini sebelum ditembak sila klik sini.

Suasana haru menghiasi kediaman orang tua kedua mujahid yang Insya Allah telah syahid, Amrozi dan Ali Ghufron di Tenggulun. Ditambah dengan datangnya tiga burung hitam yang berputar-putar di atas rumah.
Lebih dari tujuh menit burung tersebut berputar-putar, seakan memberikan persaksian bahwa mereka adalah para syuhada. Istri dari Ali Ghufron, Ustdzh. Paridah Abbas menambahkan, dia melihat langit membentuk kalimat Allah saat ketiga burung tersebut datang.
Sejak semalam, sekitar pukul 22.20 lapangan yang direncanakan menjadi helipad untuk helikopter pembawa jenazah kedua syuhada (Insya Allah), Amrozi dan Ali-Ghufron, dijaga ketat oleh puluhan polisi.
Tepat pukul 23.53, ketiga mujahid akhirnya syahid (Insya Allah) di tangan toghut la'natullah. Begitulah pesan yang diterima redaksi Arrahmah.com langsung dari Ust. Ali Fauzi. Saat helikopter hendak mendarat, di kediaman ibu dari kedua mujahid (Amrozi dan Ali Ghufron) telah mengadakan prosesi persiapan penyambutan jenazah. Pintu-pintu rumah selain akses depan di tutup rapat. Wartawan tidak diperbolehkan masuk kecuali dua orang keluarga yang boleh menggunakan kamera.
Di dalam rumah, kakak tertua, Ust. Khozin memberikan nasehat. Sesuai dengan wasiat kedua mujahidin, tidak boleh ada yang menjerit, melakukan nihayah, boleh menangis tetapi tidak meraung-raung atau sampai tersedu.
Koresponden Arrahmah yang berada di Tenggulun mengatakan, dia berada di shaf terdepan saat menyalatkan jenazah berjamaah dengan istri-istri kedua mujahid. Bau harum semerbak bertebaran dalam ruangan. Kedua mujahid terlihat tersenyum dan wajahnya bersih, sangat bersih, serta jauh lebih tampan. Allahu Akbar!
JURUKAMERA dan wartawan mengambil gambar huruf 'H' yang ditandakan di kawasan lapang perkampungan Amrozi dan Mukhlas dipercayai tempat helikopter menghantar mayatnya selepas hukuman. Gambar kecil (dari kiri) Mukhlas, Imam Samudra dan Amrozi.
Mukhlas, Imam Samudra dan Amrozi bin Nurhasyim

Menunggu … Mukhlas (kiri) dan Amrozi di dalam penjara Nusakambangan di Cilacap, Indonesia.
Amrozi, Imam Samudra dan Mukhlas masih meraikan 'idul fitri 1429
Imam Samudra

Mukhlas
Amrozi
Tempat bersemadi… Amrozi dan Mukhlas berharap akan dikebumikan berhampiran dengan makam ayahanda mereka. Gambar kecil: Mukhlas, Imam Samudra dan Amrozi.
Amrozi (kiri), Mukhlas (2 dari kiri), dan Imam Samudra (kanan) bersama peguam Achmad Wasiat dari Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas

No comments: